Pemuda dan Peringatan Dini Profersor Lyn Parker
Ketika kita berbicara atau mengenang Sumpah Pemuda hari ini (2013), menarik untuk direnungkan hasil penelitian seorang profesor dari The University of Western Australia, Lyn Parker. Ia bersama rekannya, Pam Nilan melakukan riset di tahun 2013 ini tentang remaja (pemuda) Indonesia.
Riset yang bertajuk Adolescents in Contemporary Indonesia mengurai beberapa fenomena yang terjadi dengan pemuda kita. Ada dua persoalan serius yang saat ini dihadapi pemuda Indonesia. Pertama, persoalan pergaulan bebas di kalangan pemuda. Ia menyebutkan persoalan ini dengan istilah roman problem. Angkanya cukup mencengangkan yaitu 50,2 persen. Penelitian Profersor Lyn Parker dan Pam Nilan ini memperkuat sejumlah riset-riset sebelumnya tentang pergaulan bebas di kalangan pemuda.
Persoalan kedua menurut Profersor Lyn Parker dan Pam Nilan yang sedang dihadapi oleh pemuda Indonesia adalah tentang perluasan penggunaan Narkoba, alkohol dan rokok. Persoalan ini mencapai angka 12,3 persen.
Dan temuan Profersor Lyn Parker dan Pam Nilan yang ketiga tentang fakta kaum muda saat ini adalah merebaknya perilaku hura-hura. Perilaku hura-hura ini telah mendominasi karakter pemuda saat ini.
Ketika membaca hasil penelitian tersebut, hati saya miris melihat kondisi pemuda saat ini. Menurut saya ini persoalan yang amat serius untuk kita renungkan bersama. Bukan hanya pemerintah tapi semua komponen bangsa. Sebagai aset bangsa yang paling berharga, penelitian ini harus menjadi cambuk bagi kita semua. Ada persoalan yang amat serius dengan pemuda hari ini dan Indonesia di masa yang akan datang.
Secara kelembagaan, kita tidak kekurangan lembaga yang menaungi kebutuhan pemuda. Pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota memiliki lembaga yang menangani secara khusus kepemudaan. Barangkali perlu kita lakukan introspeksi, sudah sejauhmana program-program yang menaungi kepemudaan tersebut efektif memberdayakan pemuda.
Di level masyarakat, banyak lembaga kepemudaan yang bertujuan untuk menampung segala potensi pemuda. Ada lembaga kepemudaan yang didirikan oleh ormas keagamaan atau organisasi kepemudaan yang berdiri sendiri. Nampaknya perlu penajaman lagi peran serta organisasi kepemudaan dalam mengatasi berbagai persoalan yang ada.
Lantas, dari mana kita memulai? Menurut hemat saya, yang perlu kita lakukan saat ini adalah membangun kesadaran kolektif tentang dinamika persoalan pemuda. Hasil penelitian Profesor Lyn Parker dan Pam Nilan menjadi pintu masuk bagi kita untuk membangun kesadaran kolektif tersebut.
Selama ini menurut saya, kita (para orang tua) abai terhadap pemuda. Persoalannya, karena kita tidak merasakan langsung masalah itu saat ini. Padahal, persoalan pemuda hari ini adalah persoalan bangsa di masa yang akan datang. Bisa jadi persoalan pemuda hari ini belum kita rasakan dampaknya sekarang. Namun yang pasti, cepat atau lambat persoalan itu akan kita rasakan.
Konsolidasi kesadaran kolektif kelompok tua menjadi jalan untuk mendorong pemuda lebih berdaya. Saya yakin dengan adanya kesadaran kolektif, kita akan tergerak untuk memfasilitasi pemuda lebih berdaya dan berkarakter.
Sejalan dengan pembangunan kesadaran kolektif tersebut, kaum tua juga harus menjadi teladan bagi kaum muda. Karena anak muda akan selalu mencari prototipe dalam hidupnya. Diharapkan kaum tua menjadi teladan yang baik bagi kaum muda. Mengutip pendapat Buya Syafi’i Maarif, kaum tua saat ini belum menjadi contoh yang ideal untuk kaum muda. Keteladanan itu belum mereka temukan pada kaum tua.
Selaku bagian dari Pemerintah Kota Bekasi, saya memiliki tanggung jawab untuk menguatkan peran pemerintah kota dalam pemberdayaan pemuda. Saya lebih setuju dengan istilah pemberdayaan. Dalam konteks ini, pemuda menjadi subjek dari perubahan itu sendiri. Dan memang seharusnya demikian, pemuda hanya butuh sarana untuk memberdayakan diri. Semua institusi terkait di lingkungan Pemerintah Kota Bekasi diarahkan dalam penguatan pemberdayaan pemuda.
Hasil riset Profersor Lyn Parker dan Pam Nilan yang bertajuk Adolescents in Contempoporary Indonesia (2013) menjadi early warning bagi kita semua. Tidak hanya untuk pemerintah, orang tua tapi semua komponen bangsa. Sekarang, tinggal kita bagaimana menyikapi hasil riset Profersor Lyn Parker dan Pam Nilan. Menjadikannya sebagai cambuk atau masa bodoh, tentunya setiap pilihan ada kosekuensi logisnya.