Atasi Persoalan Sampah Perlu Pupuk Kebersamaan
Pagi ini (Rabu 29/7), saya mewakili Walikota Bekasi menghadiri Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi dalam mewujudkan Adipura 2015-2016 di Kecamatan Pondok Melati. Alhamdulillah acara dihadiri oleh berbagai stakeholder Kota Bekasi, ada pemuka agama, para ketua RW, tokoh masyarakat, pihak pengembang perumahan, aktivis lingkungan, TNI dan Polri serta para pemangku jabatan di lingkungan pemerintah Kota Bekasi.
Secara keseluruhan, acara berjalan dengan lancar. Yang membuat saya bangga, antusiasme yang hadir dengan menyodorkan berbagai solusi yang riil untuk mendapatkan Adipura 2015 – 2016. Tentu hal ini menjadi modal utama untuk meraih Adipura yang dicita-citakan.
Pak Hidayat, pemilik usaha MITRAN, yang selama ini sudah berhasil mengurangi sampah di lingkungan dan membuat mesin-mesin pencacah sampah sendiri, mengusulkan agar dibuatkan biokomposting di setiap rumah atau lingkungan. Pembuatan biokomposting dilakukan sangat sederhana dengan membuat tiga buah lobang. Untuk setiap lobang diisi dengan sampah-sampah organik dari rumah tangga. Jika satu lobang sudah penuh, dilanjut dengan mengisi lobang berikutnya. Diperkirakan satu lobang akan penuh dalam waktu sepuluh hari. Jadi, untuk tiga buah lobang bisa menampung sampah organik untuk satu bulan. Jika lobang ketiga penuh maka lobang pertama bisa digali kembali karena sudah menjadi kompos. Demikian seterusnnya sehingga setiap sepuluh hari bisa menghasilkan kompos.
Usulan seperti ini, muncul juga dari tokoh agama Ustadz H. Abdul Rouf, bahkan dalam bentuk yang lebih besar yaitu berupa rumah kompos. Apalagi beberapa tahun yang lalu Pemerintah Kota Bekasi pernah juga mendistribusikan mesin-mesin pencacah sampah ke beberapa RW. Namun, ia juga tetap meminta agar Dinas Kebersihan secara teratur mengangkut sampah yang tidak bisa diolah menjadi kompos.
Jika sudah menjadi kompos, tentu saja sampah mempunyai nilai jual. Itulah sebabnya, Pak Hidayat juga mengusulkan agar spanduk-spanduk yang dipasang di tempat timbulan sampah hendaknya berbunyi “Sampah anda kami beli” untuk menunjukkan bahwa sampah masih punya nilai ekonomis jika dikelola dengan baik.
Seorang tokoh perumahan Chandra baru, Bapak Heri Susanto, dimana perumahannya dilalui oleh sungai yang di atas hulu sungainya terletak Pasar Kecapi, sering mengalami banyaknya sampah di sungai yang dibuang begitu saja oleh pedagang. Oleh karenanya, ia mengusulkan agar Pemerintah Kota Bekasi memberikan apresiasi kepada para pedagang yang tidak membuang sampah ke sungai dan sebaliknya memberikan sangsi yang tegas kepada para pedagang yang membuang sampah ke sungai.
Pak Razief, Ketua RW 11 Jatiwarna, memberikan penegasan bahwa untuk melakukan penegakan aturan perlu laskar atau satgas khusus yang bertugas menangkap tangan para pembuang sampah liar dan memberikan sangsi kepada para pembuang sampah tersebut. Hal itu tentu perlu dikuatkan dengan surat tugas, karena pengalaman pak Joko, salah seorang petugas Linmas di Pondok Melati yang pernah memergoki mobil yang membuang sampah ke jalan dan memberhentikan mobil tersebut, tanpa surat tugas tidak bisa berbuat banyak kepada pengendara atau penumpang yang melakukan pelanggaran. Pengalaman serupa dialami oleh Ibu Poppy, yang rumahnya berdekatan dengan tanah kosong yang seringkali penumpang angkot membuang sampah di tanah kosong tersebut, hanya bisa mengingatkan kepada sopir dan penumpangnya.
Sedangkan Pak Temu, sebagai ketua Forum RW Pondok Melati, mengusulkan agar pemerintah kota Bekasi membagikan dua tempat sampah ke masing-masing rumah untuk memilah sampah basah dan sampah kering.
Seluruh masukan-masukan tersebut adalah solusi-solusi kongkrit yang diinginkan oleh masyarakat untuk mengatasi persoalan sampah. Kuncinya adalah pada kebersamaan melakukan penanganan dan pengelolaan sampah. Itulah sebabnya, di akhir acara dibuatkan surat pernyataan bersama sebagai komitmen dari para hadirin untuk menyelesaikan persoalan sampah. Jika solosi-solusi itu dilakukan, tentu saja Adipura adalah sebuah keniscayaan. Dan kebersamaan semua komponen masyarakat menjadi syarat utama. Karena kebersamaan adalah pupuk dalam mengatasi berbagai persoalan.