Berguru Kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Sebuah pertemuan yang luar biasa ketika saya diberi kesempatan satu forum dengan tokoh media, penulis top Indonesia dan sekaligus aktivis sosial, Bapak Parni Hadi. Forum yang mempertemukan kami itu adalah bedah buku karya beliau dengan Pak Nasyith Majdi. Buku yang berjudul Sri Sultan Hamengku Buwono IX Inspiring Prophetic Leader.

Sebagai seorang wakil kepala daerah, saya sangat tersanjung diberi kesempatan oleh Pak Parni Hadi untuk membedah bukunya. Buku yang banyak memberikan pelajaran dan hikmah kepemimpinan bagi saya sebagai pengemban amanah rakyat.

Buku yang diprakarsai oleh Ikatan Relawan Sosial Indonesia yang juga dipimpin oleh Pak Parni Hadi itu membuka cakrawala kita tentang khasanah kepemimpinan nasional yang kaya dengan keteladanan.

Dalam banyak hal Sri Sultan Hamengku Buwono IX memberikan keteladanan itu ketika beliau menjadi Raja Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat dan menjadi wakil presiden. Salah satu yang paling berkesan adalah kerelaan beliau berkorban untuk berdirinyanya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, halangan dan rintangan masih menghadang. Belanda belum rela Indonesia merdeka, berbagai upaya terus dilakukan untuk menggagalkan tegaknya NKRI. selain mendirikan negara boneka, Belanda juga menahan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Ketika Presiden dan Wakil Presiden RI, Bung Karno dan Bung Hatta diasingkan di Bangka oleh Belanda, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan kerelaannya membantu menanggung keuangan negara senilai 6 juta Gulden. Kita tahu, kondisi keuangan negara diawal-awal berdirinya belum bisa memenuhi segala kebutuhan pemerintahan yang dipimpin oleh dwi tunggal Soekarno-Hatta.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah seorang nasionalis sejati. Nasionalismenya tidak diragukan lagi. Meski beliau adalah raja dan bangsawan berpengaruh di Jawa, beliau memilih menjadi seorang nasionalis sejati. Ketika Republik ini diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta, beliau dengan tegas mengatakan mendukung berdirinya NKRI. Padahal, kedaulatannya sebagai Raja Kesultanan Yogyakarta sangat kuat di mata rakyatnya.

Pada saat yang bersamaan, banyak raja-raja di nusantara meragukan dan belum mengakui kelahiran NKRI, Sri Sultan Hamengku Buwono menyatakan secara tegas bahwa wilayahnya menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Membaca sosok Ngarso Dalem Hamengku Buwono IX lewat karya Pak Parni Hadi dan Pak Nasyith Majdi memiliki arti tersendiri bagi saya. Tertuma belajar tentang kepemimpinan dari aristokrat yang berjiwa nasionalis. Ada banyak keteladanan yang patut kita petik dari sosok beliau. Buku ini wajib dibaca setiap pemimpin. Buku ini menjadi petunjuk yang baik untuk menjadi pemimpin yang bernilai dan sekaligus dicintai rakyat. Karena beliau telah membuktikan itu, menjadi pemimpin yang bernilai dan sekaligus sangat dicintai rakyatnya.

Leave a Comment