Menciptakan Harmoni Dengan Alam Lewat Sumur Resapan

Dewasa ini banyak Negara sedang menghadapi persoalan ketersediaan air, terutama air bersih. Menurut Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-Moon sekitar 780 juta orang masih kekurangan air bersih yang merupakan kebutuhan dasar manusia.

Pada tahun 2003 PBB melalui World Water Development Report (WWDR) merilis ketersediaan air bersih dunia. Laporan tersebut menunjukkan fakta-fakta tentang keadaan air di dunia dewasa ini. Dalam laporan setebal 600 halaman itu disebutkan, meski jumlah air merupakan bagian terbesar di bumi, namun hanya 2,53 persennya merupakan air bersih. Sebanyak dua pertiga dari air bersih itu berupa sungai es (glaser) dan salju permanen yang sulit untuk dimanfaatkan.

Air tawar di bumi sangat terbatas, jumlahnya sekitar tiga persen dari total air yang ada. Dari jumlah tersebut 30 persen berupa air dalam tanah sementara hampir 70 persen berupa gunung es dan glacier. Hanya ada 0,3 persen air tawar yang ada di permukaan yang bisa diakses manusia langsung. (tempo.co)

Sebagai Negeri tropis, Indonesia memiliki dua musim, kemarau dan hujan. Sebuah dilema yang sering kita hadapi ketika memasuki dua musim tersebut; kekeringan saat kemarau, kebanjiran saat hujan. Air yang ada di musim kemarau itu sebagian besar diperoleh dari musim hujan. Sepertiga air hujan yang meresap yang akan menjadi cadangan ketika musim kemarau. Pengelolaan air hujan menentukan nasib ketersediaan air di musim kemarau. Oleh karena itu, makin banyak air hujan terserap tanah maka makin banyak cadangan air di musim kemarau.

Sejatinya kekeringan saat kemarau, kebanjiran saat hujan tidak terjadi jika sejak awal kita memiliki kepekaan terhadap alam. Gagal memahami kondisi alam mengakibatkan kita bermasalah dengan fenomena alam. Nampaknya kita perlu menyegarkan kembali perspektif kita tentang alam dan lingkungan. Harmoni dengan alam menjadi dasar menjaga keseimbangan dengan alam.

Sumber daya air sebagai entitas utama dalam kehidupan semesta harus menjadi perhatian kita bersama. Tidak hanya manusia, semua mahluk di muka bumi ini tidak bisa dipisahkan dengan air. Oleh karena itu sumber daya air harus mendapat perhatian yang besar dari kita semua. Sebagai Negara dengan curah hujan tinggi, sejumlah pakar menyebutkan Indonesia masuk dua besar Negara yang memiliki persediaan air tawar tertinggi. Sebagaimana kita ketahui sumber air tawar tersebut adalah air hujan.

Air hujan menjadi air tanah harus menempuh proses yang cukup panjang. Langkah awalnya air hujan tersebut harus terserap tanah. Belakangan ini curah hujan yang tinggi tidak bisa terserap oleh tanah sehingga mengakibatkan banjir. Ada banyak faktor yang mengakibatkan tanah tidak sepenuhnya bisa menyerap air hujan.

Persoalan banjir ketika musim hujan karena ketidak kemampuan sungai dan tanah menyerap air yang turun. Kemampuan air hujan untuk meresap sangat terbatas. Oleh karena itu perlu kita ambil tindakan untuk mempercepat penyerapan air hujan. Untuk meningkatkan daya serap tanah ketika musim hujan perlu diambil langkah dengan memperbanyak Rain Water Harvesting yang biasa kita kenal dengan sebutan sumur resapan.

Sumur resapan ini berfungsi sebagai tempat menampung air hujan, air limbah rumah tangga yang kemudian meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan akan mengurangi aliran air permukaan dan mencegah terjadinya genangan air. Disamping itu sumur resapan akan mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah.

Menjadi kebutuhan jika setiap rumah harus memiliki sumur resapan. Barangkali untuk perumahan yang lahannya terbatas dan sebagian besar sudah tertutup bangunan dan jalan hal ini sulit dilakukan. Yang perlu kita dorong agar setiap perumahan baru untuk menyediakan sumur resapan baik berskala perseorangan atau sumur resapan yang bersifat kolektif.

Sungguh bijak bila warga yang masih memiliki lahan untuk membuat sumur resapan. Jika ada ribuan rumah di Kota Bekasi yang bersedia membuat sumur resapan maka kita bisa menyimpan ribuan kubik air yang akan menjadi cadangan air ketika kemarau tiba. Dalam sebuah wilayah yang memiliki 1.000 buah, jika masing-masing membuat sumur resapan dengan volume 3 kubik berarti dapat mengurangi aliran permukaan sebesar 3.000 kubik air.

Selain warga yang juga memungkinkan membuat sumur resapan karena ketersediaan lahan, Masjid menurut penulis perlu membuat sumur resapan sendiri. Secara umum Masjid di Kota Bekasi masih memiliki lahan yang cukup untuk membuat sumur resapan. Selain berfungsi untuk menampung air hujan, sumur resapan ini juga bisa menjadi penampungan air wudhu. Alangkah bijak jika bekas air wudhu tersebut ditambung dalam sumur resapan ketimbang mengalir ke selokan.

Pemerintah Kota Bekasi sendiri pada APBD 2015 telah menganggarkan pembuatan sumur resapan di beberapa lokasi. Harapannya dengan pembuatan sumur resapan tersebut kita bisa menselaraskan siklus hidrologi. Penulis yakin dengan berbuat hal yang kecil ini bisa menyelamatkan dunia dari krisis air, baik kebanjiran dan kekeringan. Mengingat musim hujan belum tiba, ayo kita membuat sumur resapan baik secara pribadi maupun kolektif RT/RW.

Menselaraskan manusia dengan alam menjadi keniscayaan. Harmoni akan tercipta tatkala manusia respek dengan alam dan lingkungan. Sumur resapan salah satu jalan menuju harmoni manusia dengan alam.

Leave a Comment