Ahmad Syaikhu: Ibadah adalah ungkapan rasa syukur
Wakil Walikota Bekasi, Ahmad Syaikhu mengemukakan bahwa hakikat dari ibadah adalah sebagai ungkapan rasa syukur seorang hamba kepada Allah SWT.
“Jadi, menunaikan ibadah bukan hanya sebatas pelunas utang dan menunaikan kewajiban saja,” kata Syaikhu menjadi khatib di Masjid Al Ikhlas Kranji, Bekasi Barat, Kota Bekasi. Jumat, (28/7/).
Untuk itu, dalam khutbahnya, Syaikhu mengajak jamaah untuk bersyukur kepada Allah, karena hidup di Kota Bekasi, di Bumi Indonesia, kaum muslimin dapat melangkahkan kaki ke Rumah Allah dengan penuh ketenangan dan keamanan.
Situasi dan kondisi yang aman dan nyaman ini tidak bisa dinikmati kaum muslimin di Palestina. Bahkan akhir – akhir ini, diberitakan menerima larangan masuk ke Masjid Al-Aqsa untuk melaksanakan shalat.
“Sebab itu, bersyukurlah dan mari mendoakan saudara kita di Palestina serta Al Aqsa, mudah-mudahan Allah senantiasa kuatkan saudara kita dan turunkan pertolongan di Masjid Al-Aqsa,” paparnya.
Syaikhu menuturkan bahwa sebuah hadis diriwayatkan Hakim dari Jabir bin Abdullah RA menyebutkan, di akhirat nanti ada seorang hamba yang telah beribadah selama 500 tahun.
Ahli ibadah tersebut pun dipersilakan Allah SWT untuk memasuki surga. “Wahai hamba-Ku, masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku,” bunyi Firman Allah dalam hadis qudsi tersebut.
Namun, lanjut Syaikhu, ada yang menyangkal dalam hati si ahli ibadah. Mengapa ia masuk surga lantaran rahmat Allah? Bukankah ia telah beribadah selama 500 tahun? “Ya Rabbi, mengapa aku tidak dimasukkan kedalam surga karena amalku?” tanyanya.
Allah SWT pun memperlihatkan nikmat yang telah diberikan-Nya bagi si ahli ibadah. Nikmat Allah tersebut ditimbang dengan seluruh amal ibadah yang telah ia kerjakan.
“Ternyata, nikmat penglihatan dari sebelah matanya saja sudah melebihi ibadah 500 tahun si ahli ibadah. Akhirnya, si ahli ibadah pun tunduk di hadapan Allah dan menyadari betapa kecilnya nilai ibadahnya,” urainya.
Sebab itu, Syaikhu mengingatkan, tak ada alasan bagi seorang Muslim untuk tidak bersyukur kepada Allah. Sebanyak apa pun ibadah yang dilakukan, tak akan sebanding dengan nikmat dan karunia yang telah diterima dari Allah.
Rasulullah SAW sebagai seorang hamba yang dijamin tidak berdosa (maksum) adalah teladan dalam hal bersyukur. Suatu kali, istri beliau bertanya, mengapa suaminya itu selalu shalat tahajud sepanjang malam.
Bahkan, kaki beliau SAW pun sudah bengkak lantaran lamanya berdiri. “Ya Rasulullah, bukankah Allah SWT telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang?” ujar Aisyah.
Aisyah mengisyaratkan, buat apalagi susah-susah ibadah, toh Rasulullah SAW sudah dijamin Allah masuk surga. Seluruh kesalahannya, walaupun ada, sudah diampuni Allah.
Dan, ia adalah makhluk yang paling mulia dimuka bumi. Lalu, mengapa ia masih merepotkan diri dengan ibadah sepanjang malam? “Bukankah lebih elok jika aku menjadi hamba yang bersyukur,” jawab Rasulullah (HR Bukhari).
“Demikianlah Rasulullah SAW mencontohkan, hakikat dari ibadah bukanlah sebatas pelunas utang atau pembersih diri dari dosa. Ibadah adalah luapan rasa syukur kepada Allah SWT,” ujar Syaikhu.
Diingatkanya pula bahwa sangat banyak hal yang harus disyukuri seorang hamba. Nikmat tersebut baru akan terasa nilainya ketika Allah SWT telah mencabutnya. Jadi, sebelum Allah mencabut nikmat itu, syukurilah keberadaannya.
“Ketika seorang hamba sudah mengetahui hakikat ibadahnya sebagai bentuk syukur, saat itulah ibadah bisa menjadi perisainya. Seorang yang menunaikan kewajibannya dan juga menambahnya dengan ibadah-ibadah sunah akan bermuara pada kecintaan Allah. Ketika ia sudah mendapatkan cinta Allah, seluruh aktivitas yang ia jalani di muka bumi adalah restu dan rida dari Allah SWT,” pungkasnya.
Usai menjadi imam dan khatib, H. Ahmad Syaikhu bersilaturahmi dengan ratusan jamaah yang bertahan duduk di dalam masjid serta dilanjutkan dengan santapan makan siang bersama