Menangkap Api Hijrah

Shuhaib Ar-Rumi, sosok berkesan dalam peristiwa hijrah kaum muslimin dari Makkah menuju Madinah. Ia tak masyhur Abu Bakar yang secara khusus menemani Rasulullah dalam peristiwa amat penting dalam sejarah peradaban Islam, periswa Hijrah.

Ia tak seberani Ali bin Abu Thalib yang dengan berani menggantikan Rasulullah di tempat tidur Nabi untuk mengelabui kafir Quraisy. Sebuah kepasrahan dan keyakinan akan kekuasaan Allah SWT. Ialah Ali ra, sosok yang tak diragukan lagi keimanannya pada Allah SWT dan Kenabian Muhammad SAW.

Tak bisa juga ia disandingkan dengan keperwiraan Umar bin Khattab yang dengan terang-terangan keluar siang hari seraya mengumumkan akan pergi berhijrah. “Siapa di antara kalian yang bersedia berpisah dengan ibunya, silakan hadang aku besok di lembah anu, besok pagi saya akan hijrah.” seru Umar. Ia pun berhijrah ke Madinah tanpa ada yang berani menghalangi.

Ketika perintah Hijrah keluar, Shuhaib Ar-Rumi menyambut perintah tersebut dengan bergegas diri menuju kota yang menjanjikan harapan untuk bebas dalam menjalankan syariat Allah SWT. Ia berangkat sendirian menuju Madinah. Sama dengan kaum muslimin yang lain, ia mendapat intimidasi dan tindak kekerasan dari kafir Quraisy.

Kaum kafir Quraisy menghalangi hijrah Shuhaib Ar-Rumi, seraya berkata “Engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin. Kemudian hartamu bertambah banyak ketika bersama kami. Sekarang engkau ingin pergi dengan membawa hartamu. Demi Allah, itu tidak akan bisa terjadi!”.

Shuhaib membalas umpatan kafir Quraisy itu, “Bagaimana pendapat kalian jika aku memberikan seluruh hartaku kepada kalian? Apakah kalian akan membiarkan aku pergi?”

Mereka menjawab, “Ya”. Ia pun berkata, ‘Galilah di depan pintu (rumah)-ku. Di bawahnya terdapat beberapa uqiyah emas’. Shuhaib pun meninggalkan semua hartanya dengan ikhlas dan ridho demi mempertahankan keyakinannya yang suci.

Ketika Rasulullah mendengar apa yang dialami dan diperbuat Shuhaib, Nabi berkata sambil memuji apa yang dilakukan Shuhaib, “Beruntunglah Shuhaib, beruntunglah Shuhaib!!.” Kemudian Nabi membaca ayat Al Quran ‘Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS: Al-Baqarah ayat 207).

Inilah Shuhaib yang dengan tulus berkorban meninggalkan harta yang telah ia usahakan demi menyelamatkan keimanannya. Hijrah Shuhaib ini menuntut pengorbanan. Dan Shuhaib telah mengorbankan apa yang ia miliki.

Peristiwa Hijrah memberikan kita banyak hikmah dan pelajaran. Ada banyak hal yang bisa kita petik dari peristiwa abadi dalam sejarah peradaban Islam itu. Peristiwa yang tak akan pernah terlupakan oleh orang-orang yang mengakui kebenaran Nabi Muhammad dan Keesaan Allah SWT.

Alangkah bijaknya jika kita mampu menangkap api (semangat) dari hijrah Rasulullah bersama ummatnya. Pengorbanan, ya.. kerelaan untuk berkorban, inilah salah satu api Hijrah Rasulullah.

Semangat berkorban menjadi bahan bakar dalam berkhidmat untuk agama, rakyat dan negara. Inilah pesan yang bisa kita renungkan di tahun baru Hijriyah ini. Menangkap Api Hijrah, Semangat dan kerelaan untuk berkorban. Sebuah khidmat akan menuntut pengorbanan. Dan tiada pengorbanan tanpa keikhlasan. Wallahualam.

Leave a Comment