Catatan Harian: Kisah Di Balik Longsor di Pesantren Futuhiyat Banten
Sebuah kisah menggugah saya dapatkan di Lebak, Banten. Saat itu saya mendampingi Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Aljufri, meninjau lokasi banjir dan longsor.
Salah satu lokasi yang kami kunjungi adalah Pondok Pesantren Futuhiyah Banten. Ketika kami hadir di sana, sebagian halaman pesantren masih tertutup lumpur tebal dan sedang dibersihkan menggunakan alat berat.
Pesantren Futuhiyat lokasinya persis di bawah bukit setinggi ratusan meter. Bukit itu kemudian longsor menimpa pesantren.
Peristiwa itu terjadi pada 1 Januari 2020. Pimpinan Pondok Pesantren Futuhiyat, Abuya KH. Qurthubi baru saja menunaikan Sholat Subuh dan menyelesaikan wiridnya. Dia merasa kelelahan sehingga menyampaikan kepada istrinya untuk istirahat dan mohon dibangunkan jam 11.00 WIB. Namun, pada pukul 09.00 WIB, istrinya membangunkan Abuya dan menginformasikan bahwa bukit dekat pesantren longsor.
Menerima informasi tersebut, Abuya tidak langsung ke luar tetapi menuju ke kamar mandi, mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat. Abuya memohon bantuan Allah SWT. Ia teringat sahabat Rasul, Hudzaifah Ibnul Yaman, pada saat terjadi kebakaran besar yang dia tidak mampu berbuat apa-apa, ia langsung melaksanakan sholat memohon bantuan Allah SWT.
Abuya baru ke luar rumah sekitar jam 11.00 WIB. Ia merasa takjub, karena di tengah longsoran bukit, murid-muridnya tidak merasa takut tertimpa longsor. Justru mereka membawa pacul untuk membuat parit guna mengalirkan tanah yang longsor.
Sungguh suatu hal yang menakjubkan. Longsoran itu tidak turun sekaligus tetapi mengalir seperti aliran sungai, tidak langsung menimpa pesantren tetapi mengarah ke samping pesantren, mengikuti sungai yang dibuat oleh murid Abuya.
Allah tengah menunjukkan kekuasaan-Nya. Saat tidak ada lagi yang bisa diharapkan pertolongannya kecuali hanya pertolongan Allah. Saat daya dan upaya manusia tak lagi bermakna, hanya Allah satu-satunya tempat meminta. Apa yang sulit bagi kita, tak ada sulitnya bagi Allah.
.