Ujian Mempertahankan Pancasila

Lahir pada 1 Juni 1945. Pancasila tak perlu waktu lama untuk mengalami ujian  sebagai dasar negara. Upaya menggantikannya dengan paham komunisme bahkan sudah dilakukan ketika Pancasila baru berusia 3 tahun.

Kala itu, Musso dan Amir Syarifuddin memimpin pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun 1948. Ini terjadi karena gagalnya Perundingan Renville yang membuat kerugian pada Indonesia. Kabinet Amir Syarifuddin jatuh.  Untuk merebut kembali kedudukannya, 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR).

Organisasi ini didukung oleh Pemuda Sosialis Indonesia, Partai Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Mereka melancarkan propaganda anti pemerintah, mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi buruh. Selain itu melakukan pembunuhan ulama dan pejuang kemerdekaan.

Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Gerakan PKI ini semakin merajalela hingga menguasai dan menduduki tempat-tempat penting di Madiun.

Agus Sunyoto, penulis buku ‘Banser Berjihad Menumpas PKI’ menuliskan bagaimana kekejian PKI. Ribuan nyawa umat Islam termasuk para ulama NU melayang dan simbol-simbol Islam dihancurkan.

Para pimpinan Masyumi dan PNI ditangkap dan dibunuh. Orang-orang berpakaian Warok Ponorogo dengan senjata revolver dan kelewang menembak atau membunuh orang-orang yang dianggap musuh PKI. Mayat-mayat pun bergelimpangan di sepanjang jalan. Bendera merah putih dirobek diganti bendera merah berlambang palu arit. Potret Soekarno diganti potret Musso.

Pemberontakan PKI gagal pada 1948. Pancasila tetap eksis. Tapi mereka tak putus asa. 17 tahun setelah kegagalan, PKI kembali memberontak. Kita kenal dengan G 30 S/PKI. Ada 6 Jenderal TNI AD dan 1 perwira yang jadi korban pembunuhan. Sebelum aksi itu, PKI juga telah membunuh ulama dan santri.

Gerakan ini senasib dengan 1948. Kembali gagal. Pancasila tetap eksis. Lalu oleh pemerintah diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober.

PKI dengan paham komunisnya bagai orang sakit. Mengalami banyak penyakit. Menggerogoti tubuhnya. Juga mengidap virus berbahaya yang bisa menular dan merusak lingkungan di sekitarnya.

Sebagai paham, bagaimana PKI dan komunis tidak sakit? Mereka tak percaya Tuhan dan agama. Bahkan membencinya. Ini saja sudah menyalahi fitrah manusia.

Sebagai partai dan paham, bagaimana PKI dan komunis tidak sakit? Dengan sadisnya mereka membunuh orang-orang tak berdosa. Bahkan mayoritasnya santri dan ulama.

Sebagai partai dan paham, bagaimana PKI dan komunis tidak sakit? Mereka menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan. Bahkan dengan mengadu domba, mencaci-maki dan memfitnah.

Sebagai partai dan paham, bagaimana PKI tidak sakit? Mereka hendak menghancurkan kebhinekaan dengan menyeragamkan masyarakat. Sama kelas, sama rasa dan sama pendapatan serta sama-sama tidak percaya Tuhan.

Alhamdulillah, Allah SWT masih melindungi kita dengan hadirnya Pancasila. Nilai-nilai yang termaktub didalamnya merupakan antitesa dari komunisme. Sehingga tak heran jika pemberontakan PKI selalu gagal.

Pancasila sakti bukanlah sebuah mitos. Dia memang sudah terbukti.
Kesaktian Pancasila karen bersumber dari keyakinan kita kepada Sang Kholik Allah SWT, Zat Yang Maha Kuat, sumber segala kekuatan. Dan itu terdapat dalam  sila pertama Pancasila

Tinggal kita mengejawantahkan secara optimal sila-sila yang ada didalamnya. Agar rakyat betul-betul merasakan kesaktian Pancasila.

Leave a Comment